Minggu, 29 Desember 2019

CARA MERAWAT WAJAH DENGAN BENAR

1.      Kenali tipe kulit wajah
Setiap orang memiliki tipe kulit wajah berbeda, seperti normal, kering, berminyak, kombinasi, hingga sensitif. Berbeda tipe kulit pun membutuhkan perawatan yang berbeda pula, baik produk maupun metode treatment.

Misalnya, bagi kulit kering disarankan memilih produk yang menghidrasi, kulit berminyak dengan produk yang ringan dan tidak menyumbat pori-pori, dan sebagainya.

2.      Cuci muka dengan benar
Begini langkah demi langkah cuci muka yang benar:
·         Cuci tangan dulu. Kulit tangan akan langsung bersentuhan dengan kulit muka. Tangan yang kotor justru menyebabkan bakteri dan kotoran semakin menumpuk di kulit, dan menginfeksi wajah Anda. Jadi, cuci tangan dulu ya!
·         Bersihkan makeup. Setelah mencuci tangan, sekarang waktunya bersihkan makeup di wajah dengan kapas dan makeup remover. Boleh pakai remover yang berbasis minyak untuk membersihkan sisa-sisa makeup waterproof di wajah, atau pakai micellar water. Hapus sampai bersih, setelah itu basuh wajah Anda dengan kain lap yang sudah dibasahi air hangat.
·         Cuci muka pakai sabun pembersih. Pilihlah sabun muka yang sesuai dengan jenis kulit, tapi untuk amannya gunakan yang berbentuk krim atau gel. Pembersih wajah jenis ini berfungsi membantu pengelupasan kulit, membersihkan sisa make up, serta pori-pori yang tersumbat. Ratakan sabun ke seluruh permukaan wajah dengan gerakan memijat memutar lembut. Pakai air hangat suam-suam kuku untuk membasuh muka.
·         Keringkan wajah. Jangan gosok wajah pakai handuk untuk mengeringkannya. Cukup ditepuk-tepuk lembut dengan waslap bersih hingga sisa air mengering.
·          Bersihkan wajah Anda setidaknya dua kali sehari, pagi dan malam hari sebelum tidur.
Anda bisa mengetahui apakah sabun pembersih Anda sudah tepat dengan cara merasakan efeknya setelah cuci muka. Sabun pembersih yang baik seharusnya tidak meninggalkan efek kencang dan keset seperti tertarik. Ini justru menandakan bahwa minyak atau pelembap alami kulit Anda sudah hilang. Sabun yang baik harusnya membuat wajah tetap terasa lembap dan kenyal setelah dicuci.
3.      Double cleansing alias pembersihan ganda
Apa pun tipe kulit wajahmu, pastikan selalu menjaga kebersihan wajah dengan rajin membersihkan muka. Agar tak ada kotoran yang tertinggal, lakukan teknik double cleansing atau pembersihan ganda.

Pertama, bersihkan wajah dengan make-up remover atau micellar water lebih dulu untuk mengangkat kotoran dan membersihkan sisa make-up. Kedua, cuci muka menggunakan air hangat-hangat kuku untuk membersihkan residu make-up dan minyak atau kotoran yang masih tersisa di wajah.

Untuk tipe kulit berminyak atau kombinasi, baiknya menggunakan cleanser berbahan dasar gel atau busa (foam) untuk membersihkan pori secara menyeluruh dan mengangkat minyak berlebih.

Sementara, tipe kulit kering atau sensitif sebaiknya menggunakan cleanser berbahan krim, yang biasanya berupa susu atau lotion. Cream cleanser mengandung kadar pelembap lebih tinggi sehingga kadar minyak alami di wajah Anda tetap terjaga. 

4.      Pakai toner, serum, dan pelembap
Segera lanjut dengan mengusapkan toner ketika kondisi kulit masih terasa lembap, tidak basah menetes tapi juga belum kering total. Hal ini dapat membantu kandungan toner meresap lebih maksimal ke dalam kulit. Pilihlah toner yang sesuai dengan jenis kulit wajah serta target masalah yang ingin dibasmi. Usahakan jangan pilih toner yang mengandung alkohol, ySetelah pakai toner, lanjutkan dengan mengoles serum wajah. Serum wajah langsung menargetkan masalah kulit yang lebih spesifik, misalnya mempercepat regenerasi kulit, mencerahkan dan meratakan rona wajah yang tidak merata, melawan keriput, hingga membasmi jerawat, noda hitam dan hiperpigmentasi.

Anda bisa menggunakan serum vitamin C atau serum lain sesuai kondisi kulit Anda setelah cuci muka di pagi hari. Sedangkan di malam hari sehabis cuci muka, baiknya menggunakan serum retinol atau retinoid yang baik untuk kulit wajah di malam hari. Tunggu 3 sampai 5 menit sampai serum terserap kulit dengan baik.

Setelah pakai serum, lanjutkan dengan mengoleskan pelembap. Pelembap wajib digunakan bagi setiap jenis kulit, dari yang kering sampai berminyak. Pilih produk pelembap yang sesuai dengan jenis kulit Anda, dan pastikan berlabel noncomedogenic dan hypoallergenic. Biasakan untuk memeriksa bahan-bahan pada produk krim wajah sebelum menggunakanya.

5.      Pakai tabir surya
Memakai tabir surya adalah prinsip perawatan wajah rutin yang sama sekali tidak boleh terlewatkan. Paparan sinar UV matahari bisa menyebabkan kulit wajah jadi cepat keriput dan muncul garis halus, serta muncul bintik-bintik hitam di kulit. Selain itu, radiasi sinar matahari bisa meningkatkan risiko Anda terkena kanker kulit.
Pakailah tabir surya khusus untuk wajah dengan SPF minimal 50, setiap kali habis pakai pelembap dan sebelum keluar rumah. Jangan lupa ratakan sampai ke leher. Ingat bahwa tabir surya di wajah tidak bertahan seharian, Anda wajib mengoleskan kembali ke wajah setiap 2 sampai 3 jam sekali secara rutin.

Anda juga disarankan untuk tidak berada di tempat yang langsung terkena sinar matahari. Hindari sinar matahari antara pukul 10 pagi dan 4 sore. Jam -jam tersebut adalah saat sinar paparan radiasi matahari paling kuat.

Selain pakai tabir surya dan menghindari terkena matahari langsung, Anda juga bisa menutup wajah (pakai masker), pakai baju lengan panjang, topi, atau bahkan kacamata saat harus panas-panasan di bawah sinar matahari.

6.      Hindari menyentuh wajah
Selain mencuci muka, biasakan untuk tidak mudah menyentuh wajah. Dalam beraktivitas sehari-hari, tangan bersentuhan dengan banyak hal sehingga mudah terkena kuman. Pastikan hanya menyentuh dengan tangan bersih supaya wajah tetap bersih dan tidak muncul jerawat.

7.      Tidak sembarangan mengeringkan wajah
Usai mencuci, keringkan wajah menggunakan handuk bersih dengan cara menepuk halus, bukan menggosok. Melansir situs Makeup.com, ahli kesehatan kulit Stacy Pox mengatakan kulit wajah adalah organ tubuh tertipis dan tersensitif. Sehingga segala perawatan harus dengan tindakan serba lembut.

Pastikan selalu menggunakan handuk bersih untuk mengelap wajah. Sebagian besar masalah jerawat disebabkan proses pengeringan wajah yang tidak higienis. Bedakan juga handuk yang digunakan untuk wajah dengan handuk mandi.

8.      Jangan merokok
Merokok bisa membuat kulit wajah Anda terlihat lebih tua dan lebih gampang muncul kerutan. Pasalnya, merokok dapat mempersempit pembuluh darah kecil di lapisan kulit terluar. Hal ini akan mengurangi aliran darah dan membuat kulit terlihat lebih pucat. Penyempitan pembuluh di wajah juga menghabiskan oksigen dan nutrisi kulit yang penting bagi kesehatan kulit.

Merokok juga dapat menurunkan produksi kolagen di dalam tubuh. Kurangnya kolagen di dalam tubuh berisiko membuat kulit wajah jadi tidak kenyal, elastis, dan cerah. Perlu diketahui, gerakan mengerucutkan bibir berulang saat merokok menjadi penyebab besar kerutan di area mulut dan pipi.


9.      Makan makanan sehat
Makan makanan sehat seperti sayuran hijau, buah, biji-bijian, dan makan daging tanpa lemak juga bisa menjadi cara perawatan wajah dari dalam. Pola makan sehat ini dalam beberapa penelitian dikatakan berpengaruh untuk mencegah jerawat muncul di wajah.

Selain itu, beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa makan makanan rendah lemak dan gula dapat membuat kulit wajah makin sehat dan lebih awet muda.

Tidak lupa juga yang paling penting minum air putih yang cukup. Minum banyak air membantu menjaga kulit Anda tetap terhidrasi dan lembap dari dalam. 

10.  Kelola stress
Terlalu stres tidak baik untuk kesehatan kulit wajah Anda. Stres bisa bikin kulit lebih sensitif, sehingga jerawat dan masalah kulit lainnya jadi gampang bermunculan.

Untuk menghindari stres berlebih, baiknya mulai cari cara mengendalikan emosi Anda. Contohnya dengan cara meditasi, olahraga, dan tidur yang cukup.
Kebiasaan yang dilarang selama merawat wajah

1.      Jangan pencet jerawat
Jerawat memang bikin tangan tergoda untuk memencet dan mengeluarkan isinya. Namun jangan sekali-sekali melakukan ini. Mengapa? Memencet jerawat dapat menyebabkan kotoran atau kuman dari tangan, dan bahkan isi jerawat masuk lebih jauh ke dalam kulit. Inilah yang sering menyebabkan jerawat jadi terinfeksi.

Jerawat yang dipencet bisa menyebabkan bengkak, kemerahan, luka berdarah, dan bahkan luka bopeng.  Jika ada jerawat baiknya beri obat jerawat yang bisa dibeli di apotek atau dengan resep dokter. 

2.      Jangan sering menyentuh wajah pakai tangan

Hindari menyentuh wajah Anda langsung dengan tangan. Tanpa sadar, ini bisa membuat kuman di tangan berpindah ke wajah dan membuat masalah kulit jadi makin parah.

Menyentuh wajah dengan tangan kotor Anda dapat menyebarkan bakteri yang menyebabkan pori-pori menjadi meradang sampai muncul iritasi. Untuk mencegah bakteri berpindah, selalu cuci tangan Anda kalau harus memegang wajah.





PERCOBAAN BUNUH DIRI, PENYEBAB, GEJALA, TANDA, FAKTOR, PENCEGAHAN


Percobaan Bunuh Diri

Percobaan bunuh diri adalah sebuah situasi di mana seseorang melakukan suatu hal yang dapat mengakhiri hidupnya sendiri. Situasi ini dapat dipicu oleh berbagai faktor, misalnya depresi, dampak dari penyalahgunaan obat, atau masalah dalam kehidupan.
Ada tanda yang biasanya ditunjukan seseorang yang akan melakukan percobaan bunuh diri, beberapa di antaranya adalah terlihat cemas, merasa bersalah, atau membuat surat wasiat. Percobaan bunuh diri merupakan suatu kondisi yang dapat dicegah. Peran keluarga dan kerabat dekat sangat penting dalam hal tersebut.

Penyebab Percobaan Bunuh Diri

Keinginan untuk melakukan percobaan bunuh diri dapat dipicu oleh banyak faktor, beberapa di antaranya adalah:
  • Menderita gangguan mental, seperti depresi.
  • Mengalami kekerasan psikologis, misalnya perundungan (bully).
  • Penyalahgunaan NAPZA.
  • Menderita penyakit parah.
  • Memiliki tekanan batin, misalnya karena kehilangan pekerjaan, status/kedudukan, atau uang.
  • Mengalami kekerasan seksual.
  • Kehilangan kerabat dekat atau anggota keluarga.
  • Dipenjara.
Selain beberapa faktor di atas, cyberbullying atau perundungan di dunia maya turut meningkatkan risiko bunuh diri, terutama pada remaja.
Gejala Percobaan Bunuh Diri
Seseorang yang akan melakukan percobaan bunuh diri biasanya menunjukkan gerak-gerik yang tidak biasa, seperti:
  • Membuat surat wasiat.
  • Memberikan benda-benda berharganya.
  • Pamit ke kerabat dan keluarga.
  • Menyimpan pil-pil berbahaya atau senjata api.
  • Lebih sering mengonsumsi alkohol atau obat-obatan.
  • Menjauhkan diri dari kerabat atau keluarga.
  • Terlihat cemas atau gelisah.
  • Terjadi perubahan pada kebiasaan makan atau tidur.
  • Menunjukan perubahan suasana hati yang drastis.
  • Berani melakukan sesuatu yang berbahaya, yang bahkan dapat menyebabkan kematian. Misalnya, berkendara dengan sangat cepat.
Selain gerak-gerik, seseorang yang ingin melakukan percobaan bunuh diri juga kerap mencurahkan perasaannya. Dalam hal ini, perasaan yang diungkapkan dapat berupa:
  • Mengungkapkan rasa sakit yang dirasakan, entah itu emosi atau fisik.
  • Berbicara tentang rasa bersalah atau malu.
  • Merasa seperti membebani orang lain.
  • Memperlihatkan amarah atau berbicara tentang balas dendam.
  • Mengungkapkan perasaannya yang sepi, putus asa, dan tidak lagi memiliki alasan untuk hidup.
  • Mengutarakan keinginan untuk mati atau bunuh diri.
  • Sering berpikir atau berbicara tentang kematian.

Faktor Pemicu Seseorang Ingin Bunuh Diri

Bunuh diri dapat memengaruhi siapa saja, namun ada beberapa karakteristik dan kondisi yang meningkatkan risiko tersebut. Akan tetapi, seseorang mungkin lebih cenderung mencoba untuk bunuh diri jika memiliki gangguan mental. Sekitar 90 persen orang yang melakukan bunuh diri mengalami masalah psikologis pada saat kematian mereka.
Berikut adalah beberapa kondisi yang dapat memicu terjadinya bunuh diri, di antaranya:
  • Gangguan bipolar
    Orang yang memiliki gangguan bipolar akan mengalami perubahan mood yang sangat drastis. Yang tadinya merasa sangat gembira dan bersemangat, mendadak bisa berubah menjadi sedih, tidak bersemangat, dan bahkan depresi. Kalangan ini memiliki risiko 20 kali lebih tinggi untuk melakukan percobaan bunuh diri, jika dibandingkan dengan orang normal. Diperkirakan, satu dari tiga orang dengan gangguan bipolar akan mencoba bunuh diri setidaknya satu kali selama hidupnya. Penderita gangguan bipolar yang juga memiliki masalah kecemasan memiliki risiko mencoba bunuh diri yang lebih tinggi.
  • Depresi berat
    Ciri-ciri orang yang mengalami depresi berat adalah merasa putus asa, suasana hati yang buruk, merasa lelah, atau kehilangan minat dan motivasi dalam hidup. Ciri-ciri semacam ini dapat memberi dampak buruk bagi kehidupan orang tersebut secara menyeluruh. Pada akhirnya, hal ini dapat memicu mereka untuk lebih mungkin mencoba untuk bunuh diri. JIka dialami oleh ibu atau ayah yang baru saja memiliki bayi, maka kondisi ini disebut depresi postpartum.
  • Anoreksia nervosa
    Menjauhi makanan sebisa mungkin dan selalu berbohong bahwa mereka tidak lapar atau sudah makan, itulah tanda-tanda pengidap anoreksia nervosa. Penderita gangguan makan ini merasa dirinya gemuk, sehingga membuat mereka terus-menerus menurunkan berat badan. Mereka benar-benar mengendalikan dan membatasi apa yang mereka makan. Diperkirakan 1 dari 5 pengidap anoreksia nervosa akan melakukan percobaan bunuh diri setidaknya sekali selama hidupnya. Angka kematian karena bunuh diri cukup tinggi pada pada penderita gangguan makan ini, terlebih pada remaja wanita.
  • Gangguan Kepribadian Ambang
    Gangguan ini disebut juga borderline personality disorder (BPD). Tanda utama seseorang memiliki gangguan kepribadian ambang adalah sering menyakiti diri sendiri. Tanda lainnya adalah emosi yang tidak stabil dan terkadang kesulitan dalam bersosialisasi. Kalangan ini cenderung memiliki riwayat pelecehan seksual pada masa kecilnya dan memiliki risiko lebih tinggi untuk melakukan bunuh diri. Diperkirakan lebih dari setengah orang-orang dengan gangguan ini akan melakukan percobaan bunuh diri setidaknya sekali selama hidupnya.
  • Skizofrenia
    Sering berhalusinasi, perubahan perilaku atau percaya kepada hal-hal yang tidak benar adalah tanda-tanda orang dengan skizofrenia. Diperkirakan, 1 dari 20 orang dengan skizofrenia akan mencoba untuk bunuh diri.
Selain kondisi mental di atas, faktor lain yang bisa juga memicu seseorang bunuh diri adalah:
  • Pernah mengalami pelecehan seksual.
  • Faktor sosial dan ekonomi, seperti: kehilangan pekerjaan atau memiliki hutang.
  • Memiliki orientasi seksual tertentu seperti gay, lesbian, atau transgender.
  • Tahanan penjara atau seseorang yang baru bebas dari penjara juga bisa memiliki keinginan untuk bunuh diri.
  • Menjadi korban bullying.
  • Kualitas tidur yang buruk dan kurang tidur juga dikaitkan dengan peningkatan risiko bunuh diri pada kelompok lanjut usia. Lansia yang mengalami kurang tidur memiliki peningkatan risiko bunuh diri.

Apa Saja Tanda-tandanya?

Ada beberapa tanda yang mungkin diperlihatkan atau ditunjukkan oleh seseorang yang memiliki kenginginan untuk bunuh diri, misalnya:
  • Sering membicarakan tentang kematian.
  • Mengutarakan keputusasaannya dalam menjalani hidup seperti berkata, “Buat apa saya hidup di dunia?”
  • Perilaku menyakiti diri sendiri.
  • Mengancam ingin bunuh diri seperti berkata, “Jika kau memilih dirinya, saya akan bunuh diri.”
  • Menyimpan obat-obatan yang bisa disalahgunakan.
  • Menjadi pemakai narkoba atau pemabuk.
  • Sering marah secara tiba-tiba.
  • Sembrono dan terlibat dalam aktivitas yang mempertaruhkan nyawa.
  • Menarik diri dari orang-orang di sekitarnya.
  • Sering terlihat merasa cemas.
  • Mulai membuat surat wasiat.
  • Berat badan berkurang karena perubahan selera makan.
  • Kehilangan minat pada banyak hal.
  • Mengalami kesulitan tidur dan kerap merasa gelisah.

Pencegahan Percobaan Bunuh Diri

Penting untuk mengetahui faktor risiko serta tanda-tanda percobaan bunuh diri yang muncul pada diri seseorang. Jika Anda mendapati anggota keluarga atau teman memiliki tanda-tanda tersebut, pencegahan yang dapat dilakukan adalah:
  • Mendengarkan dengan seksama sekaligus mempelajari apa yang dia pikirkan dan rasakan.
  • Membantu dia dalam mengatasi depresi yang dialami.
  • Jangan ragu untuk menanyakan padanya tentang adanya keinginan untuk bunuh diri.
  • Jangan ragu untuk mengekspresikan rasa sayang, baik dalam bentuk perbuatan maupun kata-kata.
  • Jangan mengabaikan perasaan dia terhadap suatu hal, meski hal itu sepele atau mudah untuk diselesaikan.
  • Sebisa mungkin jauhkan barang-barang yang dapat digunakan untuk bunuh diri, misalnya senjata api.
Jika Anda khawatir bahwa cara di atas masih belum cukup untuk bisa mencegah upaya bunuh diri, maka Anda bisa membawa dia ke psikiater. Metode medis yang mungkin disarankan oleh psikiater adalah:
  • Psikoterapi, salah satunya adalah terapi perilaku kognitif. Terapi ini akan melatih pasien dalam menangani stres yang dapat memicu keinginan untuk bunuh diri.
  • Pemberian obat. Obat golongan antipsikotik, seperti clozapine, sering diberikan pada pasien skizofrenia untuk menekan risiko munculnya keinginan untuk bunuh diri.

FOBIA, GEJALA, PENYEBAB, JENIS, CARA MENGATASI


Fobia adalah rasa takut berlebihan terhadap sesuatu. Ketakutan tersebut dapat timbul saat menghadapi situasi, berada di suatu tempat, atau ketika melihat hewan tertentu. Dalam kondisi fobia yang parah, penderitanya akan berusaha menghindar dari objek yang dapat memicu ketakutan.
Fobia sebenarnya termasuk ke dalam penyakit gangguan kecemasan. Kondisi ini dapat membuat penderitanya depresi, panik, serta membatasi kegiatan.
Fobia bisa bersifat spesifik atau kompleks. Contoh-contoh fobia spesifik, di antaranya adalah takut terhadap kedalaman air, ketinggian, hewan, dokter, jarum suntik, darah, atau takut tertular penyakit seksual. Sedangkan contoh fobia kompleks, di antaranya adalah takut terhadap situasi sosial, takut berbicara di depan umum, atau takut berada di ruang terbuka.
Kebanyakan kasus fobia spesifik dialami oleh penderitanya sejak masa kanak-kanak atau remaja. Sedangkan fobia kompleks umumnya mulai berkembang ketika penderitanya memasuki kehidupan dewasa.
Gejala Fobia
Tanda fobia pada diri seseorang dapat mudah dikenali dari reaksi takut berlebihan yang diperlihatkannya ketika melihat objek atau menghadapi situasi tertentu. Selain rasa takut yang berlebihan, fobia juga bisa disertai dengan serangan panik yang ditandai dengan:
  • Disorientasi atau bingung.
  • Pusing dan sakit kepala.
  • Mual.
  • Dada terasa sesak dan nyeri.
  • Sesak napas.
  • Detak jantung meningkat.
  • Tubuh gemetar dan berkeringat.
  • Telinga berdenging.
  • Sensasi ingin selalu buang air kecil.
  • Mulut terasa kering.
  • Menangis terus-menerus dan takut ditinggal sendirian (terutama pada anak-anak).
Penyebab Fobia
Hingga kini penyebab fobia belum diketahui secara jelas. Meski begitu, ada beberapa faktor yang diduga kuat dapat memicu  kondisi ini, di antaranya:
  • Peristiwa traumatis atau pengalaman buruk. Fobia sering dikaitkan dengan  peristiwa traumatis yang dialami sebelumnya atau pengalaman buruk pada masa kecil. Misalnya, seseorang yang pernah terkurung saat masih kecil cenderung takut terhadp ruang tertutup ketik baeranjak dewasa.
  • Perubahan fungsi otak. Beberapa fobia spesifik dapat disebabkan oleh perubahan yang terjadi pada fungsi otak.
  • Genetik dan lingkungan. Fobia dapat terjadi karena pengaruh dari lingkungan atau keluarga. Contohnya, seseorang cenderung akan mengalami fobia jika dibesarkan oleh orang tua yang sering mengalami kecemasan.
Diagnosis dan Pengobatan Fobia
Fobia biasanya dapat mudah terdiagnosis oleh dokter dari gejala-gejala yang mengarah pada kondisi tersebut, dengan diperkuat oleh riwayat penyakit (termasuk kejiwaan), riwayat penggunaan obat, dan riwayat kehidupan sosial pasien.
Penanganan terhadap fobia dapat dilakukan melalui terapi psikologi, salah satunya yang efektif adalah terapi perilaku kognitif. Terapi ini membantu pasien mengubah cara pandang dan cara bersikap terhadap suatu masalah. Dalam kasus fobia, ahli terapi akan membantu pasien mengatasi rasa takut melalui teknik pemaparan atau desentisasi. Dengan teknik pemaparan terhadap benda atau suasana yang ditakuti, rasa takut diharapkan dapat berkurang secara bertahap sehingga pada akhirnya pasien dapat mengendalikn fobia yang dialami. Contohnya, adalah pada pasien yang mengalami fobia terhadap ular. Awalnya, pasien akan diminta untuk membaca tulisan tentang ular, lalu diperlihatkan gambar hewan  tersebut. Tahapan berikutnya adalah dengan mengunjungi kandang ular, yang dilanjutkan dengan memegang reptil tersebut secara langsung.
Di samping teknik tersebut, ahli terapi juga akan mengajarkan pasien teknik untuk mengendalikan diri. Misalnya, melalui teknik relaksasi untuk membantu mengatur ketenangan dan pernapasan, atau teknik visualisasi untuk membayangkan keberhasilan mengatasi situasi.
Hasil yang lebih efektif akan terlihat saat beberapa teknik terapi dipadukan dengan ditunjang oleh penerapan gaya hidup sehat. Misalnya beristirahat secara cukup, mengonsumsi makanan sehat secara teratur, dan rajin berolah raga.
Selain melalui terapi, gejala fobia juga dapat diredakan dengan obat-obatan. Kendati demikian, obat biasanya hanya diberikan untuk jangka waktu pendek. Contoh obat yang kemungkinan  diresepkan dokter dalam kasus fobia adalah:
  • Penghambat pelepasan serotonin (SSRIs). Obat ini bekerja dengan cara memengaruhi salah satu hormon transmiter di dalam otak, yaitu hormon serotonin, berperan dalam menciptakan dan mengatur suasana hati.
  • Penghambat beta (beta blockers). Obat yang biasanya digunakan untuk mengatasi hipertensi dan gangguan jantung  ini  diberikan untuk menghambat reaksi-reaksi yang muncul dari stimulasi adrenalin akibat  rasa cemas, seperti suara dan tubuh gemetar, jantung berdebar, atau tekanan darah meningkat.
  • Benzodiazepine. Obat ini diberikan untuk mengatasi kecemasan dalam tingkat yang parah. Biasanya pemberian benzodiazepine akan dikurangi secara bertahap seiring membaiknya kondisi guna menghindari ketergantungan.
Jenis Fobia
1.      Scriptophobia (takut menulis di tempat umum).
Orang yang mempunyai fobia ini mempunyai ketakutan untuk menulis sesuatu di tempat umum atau tempat ramai. Oleh karenanya, mereka akan menulis di tempat di mana tak ada orang lain yang dapat melihatnya, seperti misalnya menulis di tempat gelap.

2.      Kathisophobia (takut duduk).
Orang yang mempunyai fobia ini merasa sangat takut untuk duduk. Oleh karenanya, mereka akan selalu menghindari duduk dan lebih memilih berdiri bagaimanapun kondisinya. Agak sulit dipercaya tapi ternyata memang benar-benar ada.

3.      Consecotaleophobia (takut sumpit).
Orang yang mempunyai fobia ini merasa takut dengan sumpit. Bagi mereka, dua bilah kayu sebagai alat makan akan membuat mereka merasa sangat cemas. Oleh karenanya, mereka lebih memilih alat makan lain seperti sendok, garpu, dan pisau.

4.      Chirophobia (takut pada tangan).
Chirophobia adalah rasa takut akan tangan, baik tangan sendiri atau tangan orang lain. Orang yang menderita ini takut berjabat tangan, mungkin akan menutupi tangan mereka dengan sarung tangan dan bahkan tidak pernah mencuci tangan mereka.

5.      Panophobia (takut segalanya).
Panophobia adalah rasa takut dengan segalanya. Orang yang punya fobia ini mempunyai rasa khawatir dan ketakutan yang berlebihan kepada segala hal, mereka takut sesuatu yang buruk sedang atau akan terjadi kepada mereka.

6.      Peladophobia (takut botak).
Orang yang memiliki fobia ini merasa takut dengan siapapun yang berkepala botak atau kebotakan terhadap diri mereka sendiri. Kalau cuma takut sedikit-sedikit sih bukan masalah, tapi kalau kamu sangat takut hingga membeli banyak produk perawatan rambut rontok berarti kemungkinan kamu punya fobia ini nih.

7.      Phobophobia (takut terhadap rasa takut).
Phobophobia merupakan kecemasan seseorang terhadap rasa takut, atau takut terhadap fobia itu sendiri.

8.      Kenofobia (takut pada kekosangan atau ruang kosong).
Orang yang punya fobia ini takut terhadap kekosongan atau ruang kosong dan tidak dapat berdiri di ruang kosong.

9.      Novercaphobia (takut terhadap ibu tiri).
Ibu tiri sering di cap jahat oleh banyak anak, apalagi jika mereka terlalu terpengaruh dengan cerita-cerita dongeng dan sinetron yang banyak menghadirkan ibu tiri jahat. Orang yang mempunyai rasa takut terhadap ibu tiri disebut novercaphobia.

10.       Victricophobia (takut terhadap ayah tiri).
Jika kamu menderita novercaphobia, kemungkinan kamu juga mengidap victricophobia atau takut ayah tiri. Karena orang yang mengidap salah satu fobia ini sering memiliki kedua-duanya.

11.       Sinistrophobia (takut benda atau arah sebelah kiri).
Orang yang mempunyai fobia ini merasa takut dengan benda di sebelah kiri atau apapun dari sisi kiri. Unik banget ya!

12.       Hippopotomonstrosesquipedaliophobia (takut terhadap kata-kata panjang).
Dapatkah kamu membaca hippopotomonstrosesquipedaliophobia ini? Jika kamu mempunyai rasa takut dalam mengejanya, ada kemungkinan kamu mempunyai fobia ini, yakni fobia terhadap kata-kata panjang yang terus tersambung.

13.       Philophobia (takut jatuh cinta).
Philophobia merupakan penyakit mental berupa ketakutan atau takut untuk mencintai atau dicintai. Orang yang punya fobia ini biasanya adalah dia yang punya pengalaman pahit dalam percintaan. 

14.       Haphephobia (takut disentuh).
Kamu memiliki teman yang marah jika kulit atau tubuhnya disentuh? Ada kemungkinan temanmu mengidap fobia ini. Mereka yang memiliki Haphephobia merasa cemas dan takut untuk disentuh, bisa jadi karena mereka mempunyai trauma berkaitan dengan hal ini.

15.       Deipnophobia (takut makan-makan).
Jika kamu punya deipnophobia, maka ide untuk makan bersama teman membuatmu takut. Kamu lebih suka makan malam di rumah dan bahkan di kegelapan daripada pergi keluar untuk makan.
16.       Liticaphobia (takut pada tuntutan hukum).
Siapa sih yang nggak takut dengan hukuman? Pastinya semua orang juga takut, ya kan? Tapi, jika kamu punya pikiran yang berlebihan tentang gugatan hukuman, mungkin kamu punya fobia yang satu ini.

17.       Coulrophobia (takut badut).
Jika banyak orang menilai badut punya penampilan yang lucu, gokil, dan menghibur makan tidak berlaku bagi orang yang punya Coulrophobia. Bagi mereka, badut terlihat seperti penjahat yang bersembunyi dibalik seragam.

18.       Nomophobia (takut terpisah dari ponsel).
Orang yang punya fobia ini merasa takut terpisah dari ponsel selama beberapa menit. Di zaman modern seperti sekarang, mungkin banyak yang punya nomophobia, mereka terus memikirkan ponselnya, menjaganya di samping tempat tidur, dan panik jika kehilangan atau menjatuhkannya.

19.       Ephebiphobia (takut anak muda).
Orang yang mempunyai fobia ini merasa takut melihat anak muda atau remaja. Jika kamu selalu menghindari anak-anak muda dan selalu menganggap bahwa mereka kasar dan selalu melanggar peraturan. Ada kemungkinan kamu mengidap fobia yang satu ini.

20.       Aulophobia (takut seruling).
Jika seruling membuat kepalamu kacau, tak nyaman, dan panik serta takut, berarti kamu mengidap fobia yang satu ini.

21.       Gelotofobia (takut ditertawakan).
Bagi orang yang punya fobia ini, tertawa adalah hal yang sangat tak mereka suka karena mereka selalu takut bahwa mereka adalah leluconnya (mereka takut ditertawakan).

22.       Glossophobia (takut berbicara di depan umum).
Rasa takut berbicara di depan umum atau glossophobia adalah salah satu ketakutan paling umum yang dapat kita temui. Orang-orang yang takut berbicara di depan umum sering kali sangat khawatir dan berkeringat sebelum mereka naik ke panggung untuk berbicara.

23.       Myxophobia (takut lendir).
Orang yang mempunyai fobia ini merasa takut, panik dan cemas dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan lendir.

24.       Euphobia (takut kabar baik).
Kebanyakan orang suka mendengar kabar baik, namun orang yang punya euphobia atau takut kabar baik. Biasanya mereka bisa mengubah kabar baik di kepalanya sebagai sesuatu yang buruk. Mereka benci mendengar kabar baik karena itu tidak baik untuk mereka.

25.       Hexakosioihexekontahexaphobia (takut angka 666).
Jika kamu takut dengan angka 6, terutama 666, maka kamu memiliki Hexakosioihexekontahexaphobia. Kamu mungkin lebih sering memperhatikan nomor ini daripada kebanyakan orang lain dan kesal melihatnya di plat nomor, atau di tempat tertentu.

26.       Pogonophobia (takut jenggot pria).
Orang yang memiliki pogonophobia berpikir pria berjenggot tak dapat dipercaya dan menyembunyikan sesuatu.

27.       Nephophobia (takut awan).
Orang yang punya fobia ini menganggap bahwa awan adalah hal yang mengerikan dan bisa menyebabkan kehancuran atau petaka. Orang yang mengalami fobia ini bisa jadi karena trauma masa lalu atau keturunan.

28.            Xanthophobia (takut warna kuning).
Orang yang punya fobia ini sangat cemas dengan segala sesuatu berwarna kuning sehingga mereka akan berteriak-teriak kalau melihat benda kuning misalnya pisang.
Langkah untuk mengatasi Fobia

1.      Hadapi fobia Anda perlahan-lahan

Menghindari hal yang ditakuti adalah hal yang wajar. Namun, untuk mengatasi fobia, Anda perlu belajar menghadapinya. Paparan adalah salah satu cara paling efektif untuk mengatasi ketakutan Anda. Selama proses paparan, Anda akan belajar untuk keluar dari kecemasan dan ketakutan karena fobia yang Anda miliki.

 

Jika Anda lakukan berulang, maka hal tersebut akan membuat Anda sadar bahwa ketakutan yang Anda pikirkan selama ini tidak akan terjadi. Anda akan merasa lebih percaya diri dan terkendali, hingga fobia yang Anda miliki mulai kehilangan kekuatannya. Semakin lama Anda mengekspos diri Anda pada hal yang Anda takutkan, semakin Anda akan terbiasa dan tenang dengan hal itu.

 

Misalnya Anda fobia terbang dengan pesawat. Untuk menghadapinya, coba pilih penerbangan dengan waktu tempuh yang paling singkat dari kota Anda. Mintalah keluarga atau sahabat Anda untuk menemani. Pilih juga maskapai yang paling Anda percaya. Baru setelah itu Anda bisa pelan-pelan mencoba penerbangan yang waktu tempuhnya lebih lama, misalnya dua jam.

 

Tips dalam menghadapi fobia adalah sebagai berikut:

·         Buat daftar objek atau situasi menakutkan yang berhubungan dengan fobia Anda.
·         Mulailah dengan paparan yang dapat Anda tangani (dari daftar yang Anda telah buat). Misalkan, jika Anda fobia dengan durian, Anda bisa memulainya dengan mengendalikan diri saat mendengar durian disebut-sebut. Jika sudah merasa lebih baik saat mendengarnya, Anda bisa melatih diri Anda melihat gambar durian, lalu melihat durian secara langsung, memegangnya, membaui, dan seterusnya. Paparan bertahap ini akan membantu Anda mengendalikan ketakutan yang muncul karena fobia durian.

2.      Belajar teknik relaksasi

Belajar mengatasi fobia tidaklah mudah. Paparan sederhana seperti foto objek yang Anda takuti terkadang bisa membuat jantung Anda berdebar-debar, napas pun memburu. Jika Anda mulai merasa terbebani saat menghadapi fobia Anda, segera mundur dan gunakan teknik relaksasi untuk menenangkan diri. Karena dengan belajar menenangkan diri, Anda bisa menjadi lebih percaya diri dengan kemampuan Anda untuk mengelola sensasi tidak nyaman dan menghadapi ketakutan Anda.

 

Tips relaksasi yang dapat Anda lakukan:

·         Duduk atau berdiri dengan nyaman dengan punggung lurus. Letakkan satu tangan di dada dan yang lainnya di perut Anda.
·         Ambil napas perlahan melalui hidung, hitung sampai empat. Tangan di perut Anda harus sampai naik. Tangan di dada Anda harus bergerak sangat sedikit.
·         Tahan napas sampai hitungan ketujuh.
·         Buang napas melalui mulut dalam hitungan kedelapan, mendorong udara keluar sebanyak yang Anda bisa saat menghela napas. Tangan di perut Anda harus bergerak saat Anda mengembuskan napas, tapi tangan Anda yang lain harus bergerak sangat sedikit.
·         Tarik napas lagi, ulangi siklus ini sampai Anda merasa rileks dan fokus.
Latih teknik pernapasan dalam ini selama lima menit dua kali sehari. Setelah Anda merasa nyaman dengan teknik ini, Anda bisa mulai menggunakannya saat mengatasi fobia Anda.

3.      Tantang pikiran negatif Anda

Saat Anda memiliki fobia, Anda cenderung melebih-lebihkan seberapa buruknya jika Anda menghadapi situasi yang Anda takuti. Pada saat bersamaan, Anda meremehkan kemampuan Anda untuk mengatasi fobia tersebut. Karena itu, cara untuk mengatasinya adalah dengan menantang pikiran negatif Anda.

 

Apakah hal yang Anda takuti pernah benar-benar terjadi? Apakah situasi atau objek tertentu akan membuat Anda celaka? Begitu seterusnya dengan pertanyaan lain yang berkaitan dengan pikiran negatif Anda.

 

Jika jawabannya adalah “tidak” atau “belum tentu”, maka Anda perlu mengubah pikiran Anda dengan, “Saya akan baik-baik saja,” atau pikiran positif lainnya. Hal ini akan membantu mengurangi ketakutan dan kecemasan Anda saat mengatasi fobia.