Minggu, 29 Desember 2019
PERCOBAAN BUNUH DIRI, PENYEBAB, GEJALA, TANDA, FAKTOR, PENCEGAHAN
Percobaan Bunuh Diri
Percobaan bunuh diri adalah sebuah situasi di
mana seseorang melakukan suatu hal yang dapat mengakhiri hidupnya sendiri.
Situasi ini dapat dipicu oleh berbagai faktor, misalnya depresi, dampak dari
penyalahgunaan obat, atau masalah dalam kehidupan.
Ada
tanda yang biasanya ditunjukan seseorang yang akan melakukan percobaan bunuh
diri, beberapa di antaranya adalah terlihat cemas, merasa bersalah, atau
membuat surat wasiat. Percobaan bunuh diri merupakan suatu kondisi yang dapat
dicegah. Peran keluarga dan kerabat dekat sangat penting dalam hal tersebut.
Penyebab Percobaan Bunuh Diri
Keinginan
untuk melakukan percobaan bunuh diri dapat dipicu oleh banyak faktor, beberapa
di antaranya adalah:
- Menderita
gangguan mental, seperti depresi.
- Mengalami
kekerasan psikologis, misalnya perundungan (bully).
- Penyalahgunaan NAPZA.
- Menderita
penyakit parah.
- Memiliki tekanan
batin, misalnya karena kehilangan pekerjaan, status/kedudukan,
atau uang.
- Mengalami
kekerasan seksual.
- Kehilangan
kerabat dekat atau anggota keluarga.
- Dipenjara.
Selain
beberapa faktor di atas, cyberbullying atau perundungan di
dunia maya turut meningkatkan risiko bunuh diri, terutama pada remaja.
Gejala Percobaan
Bunuh Diri
Seseorang
yang akan melakukan percobaan bunuh diri biasanya menunjukkan gerak-gerik yang tidak
biasa, seperti:
- Membuat
surat wasiat.
- Memberikan
benda-benda berharganya.
- Pamit ke
kerabat dan keluarga.
- Menyimpan
pil-pil berbahaya atau senjata api.
- Lebih
sering mengonsumsi alkohol atau obat-obatan.
- Menjauhkan
diri dari kerabat atau keluarga.
- Terlihat
cemas atau gelisah.
- Terjadi
perubahan pada kebiasaan makan atau tidur.
- Menunjukan
perubahan suasana hati yang drastis.
- Berani
melakukan sesuatu yang berbahaya, yang bahkan dapat menyebabkan kematian.
Misalnya, berkendara dengan sangat cepat.
Selain
gerak-gerik, seseorang yang ingin melakukan percobaan bunuh diri juga kerap
mencurahkan perasaannya. Dalam hal ini, perasaan yang diungkapkan dapat berupa:
- Mengungkapkan
rasa sakit yang dirasakan, entah itu emosi atau fisik.
- Berbicara
tentang rasa bersalah atau malu.
- Merasa
seperti membebani orang lain.
- Memperlihatkan
amarah atau berbicara tentang balas dendam.
- Mengungkapkan
perasaannya yang sepi, putus asa, dan tidak lagi memiliki alasan untuk
hidup.
- Mengutarakan
keinginan untuk mati atau bunuh diri.
- Sering
berpikir atau berbicara tentang kematian.
Faktor Pemicu Seseorang Ingin Bunuh Diri
Bunuh
diri dapat memengaruhi siapa saja, namun ada beberapa karakteristik dan kondisi
yang meningkatkan risiko tersebut. Akan tetapi, seseorang mungkin lebih
cenderung mencoba untuk bunuh diri jika memiliki gangguan mental. Sekitar 90
persen orang yang melakukan bunuh diri mengalami masalah psikologis pada saat
kematian mereka.
Berikut
adalah beberapa kondisi yang dapat memicu terjadinya bunuh diri, di antaranya:
- Gangguan bipolar
Orang yang memiliki gangguan bipolar akan mengalami perubahan mood yang sangat drastis. Yang tadinya merasa sangat gembira dan bersemangat, mendadak bisa berubah menjadi sedih, tidak bersemangat, dan bahkan depresi. Kalangan ini memiliki risiko 20 kali lebih tinggi untuk melakukan percobaan bunuh diri, jika dibandingkan dengan orang normal. Diperkirakan, satu dari tiga orang dengan gangguan bipolar akan mencoba bunuh diri setidaknya satu kali selama hidupnya. Penderita gangguan bipolar yang juga memiliki masalah kecemasan memiliki risiko mencoba bunuh diri yang lebih tinggi.
- Depresi berat
Ciri-ciri orang yang mengalami depresi berat adalah merasa putus asa, suasana hati yang buruk, merasa lelah, atau kehilangan minat dan motivasi dalam hidup. Ciri-ciri semacam ini dapat memberi dampak buruk bagi kehidupan orang tersebut secara menyeluruh. Pada akhirnya, hal ini dapat memicu mereka untuk lebih mungkin mencoba untuk bunuh diri. JIka dialami oleh ibu atau ayah yang baru saja memiliki bayi, maka kondisi ini disebut depresi postpartum.
- Anoreksia nervosa
Menjauhi makanan sebisa mungkin dan selalu berbohong bahwa mereka tidak lapar atau sudah makan, itulah tanda-tanda pengidap anoreksia nervosa. Penderita gangguan makan ini merasa dirinya gemuk, sehingga membuat mereka terus-menerus menurunkan berat badan. Mereka benar-benar mengendalikan dan membatasi apa yang mereka makan. Diperkirakan 1 dari 5 pengidap anoreksia nervosa akan melakukan percobaan bunuh diri setidaknya sekali selama hidupnya. Angka kematian karena bunuh diri cukup tinggi pada pada penderita gangguan makan ini, terlebih pada remaja wanita.
- Gangguan Kepribadian Ambang
Gangguan ini disebut juga borderline personality disorder (BPD). Tanda utama seseorang memiliki gangguan kepribadian ambang adalah sering menyakiti diri sendiri. Tanda lainnya adalah emosi yang tidak stabil dan terkadang kesulitan dalam bersosialisasi. Kalangan ini cenderung memiliki riwayat pelecehan seksual pada masa kecilnya dan memiliki risiko lebih tinggi untuk melakukan bunuh diri. Diperkirakan lebih dari setengah orang-orang dengan gangguan ini akan melakukan percobaan bunuh diri setidaknya sekali selama hidupnya.
- Skizofrenia
Sering berhalusinasi, perubahan perilaku atau percaya kepada hal-hal yang tidak benar adalah tanda-tanda orang dengan skizofrenia. Diperkirakan, 1 dari 20 orang dengan skizofrenia akan mencoba untuk bunuh diri.
Selain
kondisi mental di atas, faktor lain yang bisa juga memicu seseorang bunuh diri
adalah:
- Pernah
mengalami pelecehan seksual.
- Faktor
sosial dan ekonomi, seperti: kehilangan pekerjaan atau memiliki hutang.
- Memiliki
orientasi seksual tertentu seperti gay, lesbian, atau transgender.
- Tahanan
penjara atau seseorang yang baru bebas dari penjara juga bisa memiliki
keinginan untuk bunuh diri.
- Menjadi
korban bullying.
- Kualitas
tidur yang buruk dan kurang tidur juga dikaitkan dengan peningkatan risiko
bunuh diri pada kelompok lanjut usia. Lansia yang mengalami kurang tidur
memiliki peningkatan risiko bunuh diri.
Apa Saja Tanda-tandanya?
Ada
beberapa tanda yang mungkin diperlihatkan atau ditunjukkan oleh seseorang yang
memiliki kenginginan untuk bunuh diri, misalnya:
- Sering
membicarakan tentang kematian.
- Mengutarakan
keputusasaannya dalam menjalani hidup seperti berkata, “Buat apa saya
hidup di dunia?”
- Perilaku
menyakiti diri sendiri.
- Mengancam
ingin bunuh diri seperti berkata, “Jika kau memilih dirinya, saya akan
bunuh diri.”
- Menyimpan
obat-obatan yang bisa disalahgunakan.
- Menjadi
pemakai narkoba atau pemabuk.
- Sering
marah secara tiba-tiba.
- Sembrono
dan terlibat dalam aktivitas yang mempertaruhkan nyawa.
- Menarik
diri dari orang-orang di sekitarnya.
- Sering
terlihat merasa cemas.
- Mulai
membuat surat wasiat.
- Berat badan
berkurang karena perubahan selera makan.
- Kehilangan
minat pada banyak hal.
- Mengalami
kesulitan tidur dan kerap merasa gelisah.
Pencegahan Percobaan Bunuh Diri
Penting
untuk mengetahui faktor risiko serta tanda-tanda percobaan bunuh diri yang
muncul pada diri seseorang. Jika Anda mendapati anggota keluarga atau teman
memiliki tanda-tanda tersebut, pencegahan yang dapat dilakukan adalah:
- Mendengarkan
dengan seksama sekaligus mempelajari apa yang dia pikirkan dan rasakan.
- Membantu
dia dalam mengatasi depresi yang dialami.
- Jangan ragu
untuk menanyakan padanya tentang adanya keinginan untuk bunuh diri.
- Jangan ragu
untuk mengekspresikan rasa sayang, baik dalam bentuk perbuatan maupun
kata-kata.
- Jangan
mengabaikan perasaan dia terhadap suatu hal, meski hal itu sepele atau
mudah untuk diselesaikan.
- Sebisa
mungkin jauhkan barang-barang yang dapat digunakan untuk bunuh diri,
misalnya senjata api.
Jika
Anda khawatir bahwa cara di atas masih belum cukup untuk bisa mencegah upaya
bunuh diri, maka Anda bisa membawa dia ke psikiater. Metode medis yang mungkin
disarankan oleh psikiater adalah:
- Psikoterapi, salah
satunya adalah terapi perilaku kognitif.
Terapi ini akan melatih pasien dalam menangani stres yang dapat memicu
keinginan untuk bunuh diri.
- Pemberian obat. Obat
golongan antipsikotik, seperti clozapine, sering
diberikan pada pasien skizofrenia untuk
menekan risiko munculnya keinginan untuk bunuh diri.
FOBIA, GEJALA, PENYEBAB, JENIS, CARA MENGATASI
Fobia adalah rasa takut berlebihan terhadap
sesuatu. Ketakutan tersebut dapat timbul saat menghadapi situasi, berada di
suatu tempat, atau ketika melihat hewan tertentu. Dalam kondisi fobia yang
parah, penderitanya akan berusaha menghindar dari objek yang dapat memicu
ketakutan.
Fobia
sebenarnya termasuk ke dalam penyakit gangguan kecemasan.
Kondisi ini dapat membuat penderitanya depresi, panik, serta membatasi
kegiatan.
Fobia
bisa bersifat spesifik atau kompleks. Contoh-contoh fobia spesifik, di
antaranya adalah takut terhadap kedalaman air, ketinggian, hewan, dokter, jarum
suntik, darah, atau takut
tertular penyakit seksual. Sedangkan contoh fobia kompleks, di antaranya
adalah takut terhadap situasi sosial, takut berbicara di depan umum, atau takut
berada di ruang terbuka.
Kebanyakan
kasus fobia spesifik dialami oleh penderitanya sejak masa kanak-kanak atau
remaja. Sedangkan fobia kompleks umumnya mulai berkembang ketika penderitanya
memasuki kehidupan dewasa.
Gejala
Fobia
Tanda
fobia pada diri seseorang dapat mudah dikenali dari reaksi takut berlebihan
yang diperlihatkannya ketika melihat objek atau menghadapi situasi tertentu.
Selain rasa takut yang berlebihan, fobia juga bisa disertai dengan serangan
panik yang ditandai dengan:
- Disorientasi atau bingung.
- Pusing dan sakit kepala.
- Mual.
- Dada terasa sesak dan nyeri.
- Sesak napas.
- Detak jantung meningkat.
- Tubuh gemetar dan berkeringat.
- Telinga berdenging.
- Sensasi ingin selalu buang air kecil.
- Mulut terasa kering.
- Menangis terus-menerus dan takut ditinggal sendirian
(terutama pada anak-anak).
Penyebab
Fobia
Hingga
kini penyebab fobia belum diketahui secara jelas. Meski begitu, ada beberapa
faktor yang diduga kuat dapat memicu kondisi ini, di antaranya:
- Peristiwa traumatis atau pengalaman buruk. Fobia sering dikaitkan dengan peristiwa
traumatis yang dialami sebelumnya atau pengalaman buruk pada masa kecil.
Misalnya, seseorang yang pernah terkurung saat masih kecil cenderung
takut terhadp ruang tertutup ketik baeranjak dewasa.
- Perubahan fungsi otak. Beberapa fobia spesifik dapat disebabkan oleh perubahan
yang terjadi pada fungsi otak.
- Genetik dan lingkungan. Fobia dapat terjadi karena pengaruh dari lingkungan
atau keluarga. Contohnya, seseorang cenderung akan mengalami fobia
jika dibesarkan oleh orang tua yang sering mengalami kecemasan.
Diagnosis
dan Pengobatan Fobia
Fobia
biasanya dapat mudah terdiagnosis oleh dokter dari gejala-gejala yang mengarah
pada kondisi tersebut, dengan diperkuat oleh riwayat penyakit (termasuk
kejiwaan), riwayat penggunaan obat, dan riwayat kehidupan sosial pasien.
Penanganan
terhadap fobia dapat dilakukan melalui terapi psikologi, salah satunya yang
efektif adalah terapi perilaku kognitif. Terapi ini membantu pasien mengubah
cara pandang dan cara bersikap terhadap suatu masalah. Dalam kasus fobia,
ahli terapi akan membantu pasien mengatasi rasa takut melalui teknik pemaparan
atau desentisasi. Dengan teknik pemaparan terhadap benda atau suasana yang
ditakuti, rasa takut diharapkan dapat berkurang secara bertahap sehingga
pada akhirnya pasien dapat mengendalikn fobia yang dialami. Contohnya, adalah
pada pasien yang mengalami fobia terhadap ular. Awalnya, pasien akan diminta
untuk membaca tulisan tentang ular, lalu diperlihatkan gambar
hewan tersebut. Tahapan berikutnya adalah dengan mengunjungi kandang
ular, yang dilanjutkan dengan memegang reptil tersebut secara langsung.
Di
samping teknik tersebut, ahli terapi juga akan mengajarkan pasien teknik untuk
mengendalikan diri. Misalnya, melalui teknik relaksasi untuk membantu
mengatur ketenangan dan pernapasan, atau teknik visualisasi untuk membayangkan
keberhasilan mengatasi situasi.
Hasil
yang lebih efektif akan terlihat saat beberapa teknik terapi dipadukan dengan
ditunjang oleh penerapan gaya hidup sehat. Misalnya beristirahat secara cukup,
mengonsumsi makanan sehat secara teratur, dan rajin berolah raga.
Selain
melalui terapi, gejala fobia juga dapat diredakan dengan obat-obatan.
Kendati demikian, obat biasanya hanya diberikan untuk jangka waktu pendek.
Contoh obat yang kemungkinan diresepkan dokter dalam kasus fobia adalah:
- Penghambat pelepasan serotonin (SSRIs). Obat ini bekerja dengan cara memengaruhi salah satu
hormon transmiter di dalam otak, yaitu hormon
serotonin, berperan dalam menciptakan dan mengatur suasana hati.
- Penghambat beta (beta blockers). Obat yang biasanya digunakan untuk mengatasi hipertensi
dan gangguan jantung ini diberikan untuk menghambat
reaksi-reaksi yang muncul dari stimulasi adrenalin akibat rasa
cemas, seperti suara dan tubuh gemetar, jantung berdebar, atau tekanan
darah meningkat.
- Benzodiazepine. Obat
ini diberikan untuk mengatasi kecemasan dalam tingkat yang parah. Biasanya
pemberian benzodiazepine akan dikurangi secara
bertahap seiring membaiknya kondisi guna menghindari ketergantungan.
Jenis Fobia
1.
Scriptophobia
(takut menulis di tempat umum).
Orang yang mempunyai
fobia ini mempunyai ketakutan untuk menulis sesuatu di tempat umum atau tempat
ramai. Oleh karenanya, mereka akan menulis di tempat di mana tak ada orang lain
yang dapat melihatnya, seperti misalnya menulis di tempat gelap.
2.
Kathisophobia
(takut duduk).
Orang
yang mempunyai fobia ini merasa sangat takut untuk duduk. Oleh karenanya,
mereka akan selalu menghindari duduk dan lebih memilih berdiri bagaimanapun
kondisinya. Agak sulit dipercaya tapi ternyata memang benar-benar ada.
3.
Consecotaleophobia
(takut sumpit).
Orang
yang mempunyai fobia ini merasa takut dengan sumpit. Bagi mereka, dua bilah
kayu sebagai alat makan akan membuat mereka merasa sangat cemas. Oleh
karenanya, mereka lebih memilih alat makan lain seperti sendok, garpu, dan
pisau.
4.
Chirophobia
(takut pada tangan).
Chirophobia adalah
rasa takut akan tangan, baik tangan sendiri atau tangan orang lain. Orang yang
menderita ini takut berjabat tangan, mungkin akan menutupi tangan mereka dengan
sarung tangan dan bahkan tidak pernah mencuci tangan mereka.
5.
Panophobia
(takut segalanya).
Panophobia
adalah rasa takut dengan segalanya. Orang yang punya fobia ini mempunyai rasa
khawatir dan ketakutan yang berlebihan kepada segala hal, mereka takut sesuatu
yang buruk sedang atau akan terjadi kepada mereka.
6.
Peladophobia
(takut botak).
Orang
yang memiliki fobia ini merasa takut dengan siapapun yang berkepala botak atau
kebotakan terhadap diri mereka sendiri. Kalau cuma takut sedikit-sedikit sih
bukan masalah, tapi kalau kamu sangat takut hingga membeli banyak produk
perawatan rambut rontok berarti kemungkinan kamu punya fobia ini nih.
7.
Phobophobia
(takut terhadap rasa takut).
Phobophobia
merupakan kecemasan seseorang terhadap rasa takut, atau takut terhadap fobia
itu sendiri.
8.
Kenofobia
(takut pada kekosangan atau ruang kosong).
Orang
yang punya fobia ini takut terhadap kekosongan atau ruang kosong dan tidak
dapat berdiri di ruang kosong.
9.
Novercaphobia
(takut terhadap ibu tiri).
Ibu tiri sering di cap
jahat oleh banyak anak, apalagi jika mereka terlalu terpengaruh dengan
cerita-cerita dongeng dan sinetron yang banyak menghadirkan ibu tiri jahat.
Orang yang mempunyai rasa takut terhadap ibu tiri disebut novercaphobia.
10.
Victricophobia
(takut terhadap ayah tiri).
Jika kamu menderita
novercaphobia, kemungkinan kamu juga mengidap victricophobia atau takut ayah
tiri. Karena orang yang mengidap salah satu fobia ini sering memiliki
kedua-duanya.
11.
Sinistrophobia
(takut benda atau arah sebelah kiri).
Orang
yang mempunyai fobia ini merasa takut dengan benda di sebelah kiri atau apapun
dari sisi kiri. Unik banget ya!
12.
Hippopotomonstrosesquipedaliophobia
(takut terhadap kata-kata panjang).
Dapatkah
kamu membaca hippopotomonstrosesquipedaliophobia ini? Jika kamu mempunyai rasa
takut dalam mengejanya, ada kemungkinan kamu mempunyai fobia ini, yakni fobia
terhadap kata-kata panjang yang terus tersambung.
13.
Philophobia
(takut jatuh cinta).
Philophobia
merupakan penyakit mental berupa ketakutan atau takut untuk mencintai atau
dicintai. Orang yang punya fobia ini biasanya adalah dia yang punya pengalaman
pahit dalam percintaan.
14.
Haphephobia
(takut disentuh).
Kamu
memiliki teman yang marah jika kulit atau tubuhnya disentuh? Ada kemungkinan
temanmu mengidap fobia ini. Mereka yang memiliki Haphephobia merasa cemas dan
takut untuk disentuh, bisa jadi karena mereka mempunyai trauma berkaitan dengan
hal ini.
15.
Deipnophobia
(takut makan-makan).
Jika
kamu punya deipnophobia, maka ide untuk makan bersama teman membuatmu takut.
Kamu lebih suka makan malam di rumah dan bahkan di kegelapan daripada pergi
keluar untuk makan.
16.
Liticaphobia
(takut pada tuntutan hukum).
Siapa
sih yang nggak takut dengan hukuman? Pastinya semua orang juga takut, ya kan?
Tapi, jika kamu punya pikiran yang berlebihan tentang gugatan hukuman, mungkin
kamu punya fobia yang satu ini.
17.
Coulrophobia
(takut badut).
Jika
banyak orang menilai badut punya penampilan yang lucu, gokil, dan menghibur
makan tidak berlaku bagi orang yang punya Coulrophobia. Bagi mereka, badut
terlihat seperti penjahat yang bersembunyi dibalik seragam.
18.
Nomophobia
(takut terpisah dari ponsel).
Orang
yang punya fobia ini merasa takut terpisah dari ponsel selama beberapa menit.
Di zaman modern seperti sekarang, mungkin banyak yang punya nomophobia, mereka
terus memikirkan ponselnya, menjaganya di samping tempat tidur, dan panik jika
kehilangan atau menjatuhkannya.
19.
Ephebiphobia
(takut anak muda).
Orang
yang mempunyai fobia ini merasa takut melihat anak muda atau remaja. Jika kamu
selalu menghindari anak-anak muda dan selalu menganggap bahwa mereka kasar dan
selalu melanggar peraturan. Ada kemungkinan kamu mengidap fobia yang satu ini.
20.
Aulophobia
(takut seruling).
Jika
seruling membuat kepalamu kacau, tak nyaman, dan panik serta takut, berarti
kamu mengidap fobia yang satu ini.
21.
Gelotofobia
(takut ditertawakan).
Bagi
orang yang punya fobia ini, tertawa adalah hal yang sangat tak mereka suka
karena mereka selalu takut bahwa mereka adalah leluconnya (mereka takut
ditertawakan).
22.
Glossophobia
(takut berbicara di depan umum).
Rasa
takut berbicara di depan umum atau glossophobia adalah salah satu ketakutan
paling umum yang dapat kita temui. Orang-orang yang takut berbicara di depan
umum sering kali sangat khawatir dan berkeringat sebelum mereka naik ke
panggung untuk berbicara.
23.
Myxophobia
(takut lendir).
Orang
yang mempunyai fobia ini merasa takut, panik dan cemas dengan segala sesuatu
yang berhubungan dengan lendir.
24.
Euphobia
(takut kabar baik).
Kebanyakan
orang suka mendengar kabar baik, namun orang yang punya euphobia atau takut
kabar baik. Biasanya mereka bisa mengubah kabar baik di kepalanya sebagai
sesuatu yang buruk. Mereka benci mendengar kabar baik karena itu tidak baik
untuk mereka.
25.
Hexakosioihexekontahexaphobia
(takut angka 666).
Jika
kamu takut dengan angka 6, terutama 666, maka kamu memiliki
Hexakosioihexekontahexaphobia. Kamu mungkin lebih sering memperhatikan nomor
ini daripada kebanyakan orang lain dan kesal melihatnya di plat nomor, atau di
tempat tertentu.
26.
Pogonophobia
(takut jenggot pria).
Orang
yang memiliki pogonophobia berpikir pria berjenggot tak dapat dipercaya dan
menyembunyikan sesuatu.
27.
Nephophobia
(takut awan).
Orang
yang punya fobia ini menganggap bahwa awan adalah hal yang mengerikan dan bisa
menyebabkan kehancuran atau petaka. Orang yang mengalami fobia ini bisa jadi
karena trauma masa lalu atau keturunan.
28.
Xanthophobia
(takut warna kuning).
Orang yang punya fobia
ini sangat cemas dengan segala sesuatu berwarna kuning sehingga mereka akan
berteriak-teriak kalau melihat benda kuning misalnya pisang.
Langkah untuk
mengatasi Fobia
1.
Hadapi fobia Anda
perlahan-lahan
Menghindari
hal yang ditakuti adalah hal yang wajar. Namun, untuk mengatasi fobia, Anda
perlu belajar menghadapinya. Paparan adalah salah satu cara paling efektif
untuk mengatasi ketakutan Anda. Selama proses paparan, Anda akan belajar untuk
keluar dari kecemasan dan ketakutan karena fobia yang Anda miliki.
Jika
Anda lakukan berulang, maka hal tersebut akan membuat Anda sadar bahwa
ketakutan yang Anda pikirkan selama ini tidak akan terjadi. Anda akan merasa
lebih percaya diri dan terkendali, hingga fobia yang Anda miliki mulai
kehilangan kekuatannya. Semakin lama Anda mengekspos diri Anda pada hal yang
Anda takutkan, semakin Anda akan terbiasa dan tenang dengan hal itu.
Misalnya
Anda fobia
terbang dengan pesawat. Untuk menghadapinya, coba pilih penerbangan
dengan waktu tempuh yang paling singkat dari kota Anda. Mintalah keluarga atau
sahabat Anda untuk menemani. Pilih juga maskapai yang paling Anda percaya. Baru
setelah itu Anda bisa pelan-pelan mencoba penerbangan yang waktu tempuhnya
lebih lama, misalnya dua jam.
Tips
dalam menghadapi fobia adalah sebagai berikut:
·
Buat
daftar objek atau situasi menakutkan yang berhubungan dengan fobia Anda.
·
Mulailah
dengan paparan yang dapat Anda tangani (dari daftar yang Anda telah buat).
Misalkan, jika Anda fobia dengan durian, Anda bisa memulainya dengan
mengendalikan diri saat mendengar durian disebut-sebut. Jika sudah merasa lebih
baik saat mendengarnya, Anda bisa melatih diri Anda melihat gambar durian, lalu
melihat durian secara langsung, memegangnya, membaui, dan seterusnya. Paparan
bertahap ini akan membantu Anda mengendalikan ketakutan yang muncul karena
fobia durian.
2.
Belajar teknik
relaksasi
Belajar
mengatasi fobia tidaklah mudah. Paparan sederhana seperti foto objek yang Anda
takuti terkadang bisa membuat jantung Anda berdebar-debar, napas pun memburu.
Jika Anda mulai merasa terbebani saat menghadapi fobia Anda, segera mundur dan
gunakan teknik relaksasi untuk menenangkan diri. Karena dengan belajar
menenangkan diri, Anda bisa menjadi lebih percaya diri dengan kemampuan Anda
untuk mengelola sensasi tidak nyaman dan menghadapi ketakutan Anda.
Tips
relaksasi yang dapat Anda lakukan:
·
Duduk
atau berdiri dengan nyaman dengan punggung lurus. Letakkan satu tangan di dada
dan yang lainnya di perut Anda.
·
Ambil
napas perlahan melalui hidung, hitung sampai empat. Tangan di perut Anda harus
sampai naik. Tangan di dada Anda harus bergerak sangat sedikit.
·
Tahan
napas sampai hitungan ketujuh.
·
Buang
napas melalui mulut dalam hitungan kedelapan, mendorong udara keluar sebanyak
yang Anda bisa saat menghela napas. Tangan di perut Anda harus bergerak saat
Anda mengembuskan napas, tapi tangan Anda yang lain harus bergerak sangat
sedikit.
·
Tarik
napas lagi, ulangi siklus ini sampai Anda merasa rileks dan fokus.
Latih teknik
pernapasan dalam ini selama lima menit dua kali sehari. Setelah
Anda merasa nyaman dengan teknik ini, Anda bisa mulai menggunakannya saat
mengatasi fobia Anda.
3.
Tantang pikiran
negatif Anda
Saat
Anda memiliki fobia, Anda cenderung melebih-lebihkan seberapa buruknya jika
Anda menghadapi situasi yang Anda takuti. Pada saat bersamaan, Anda meremehkan
kemampuan Anda untuk mengatasi fobia tersebut. Karena itu, cara untuk
mengatasinya adalah dengan menantang pikiran negatif Anda.
Apakah
hal yang Anda takuti pernah benar-benar terjadi? Apakah situasi atau objek
tertentu akan membuat Anda celaka? Begitu seterusnya dengan pertanyaan lain
yang berkaitan dengan pikiran negatif Anda.
Jika
jawabannya adalah “tidak” atau “belum tentu”, maka Anda perlu mengubah pikiran
Anda dengan, “Saya akan baik-baik saja,” atau pikiran positif lainnya. Hal ini
akan membantu mengurangi ketakutan dan kecemasan Anda saat mengatasi fobia.
Langganan:
Postingan (Atom)